Menatap Keindahan Pulau Pagang Dari Pantai Carlos - Sumatera Barat memang tidak lokek dengan destinasi wisata alamnya yang beragam. Sekilas Saya sempat berfikir bahwa jika Alloh menciptakan Bandung ketika tersenyum, maka SumBar diciptakan Alloh ketika gembira. Sebab hampir setiap sudut SumBar bisa dinikmati keindahannya. Bukan hanya pemandangan alam dengan gugusan bukit barisan yang bisa kalian nikmati meskipun sedang berada di kota. Udara di SumBar favorite sekali bagi Saya. Sejuk segar.....
Banyak sekali destinasi wisata yang jaraknya berdekatan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya. Setelah Saya terbengong-bengong melihat curahan Air Terjun Lembah Anai yang berada tepat dipinggir jalan raya. Saya disuguhkan dengan pemandangan Danau Maninjau dari atas Puncak Lawang.
Semakin ke selatan keindahan SumBar tidak pupus malah semakin cantik. Pantai-pantai yang indah dengan pulau-pulau diseberangnya membuat Saya tak berhenti memuji kekuasaan Alloh. Salah satu pantai yang kami kunjungi ketika berwisata ke sana adalah pantai Carlos. Dengan Pulau Pagang di seberangnya membuat wisatawan tak surut datang ke sini.
Ketika sampai ke pantai Carlos suasana sudah malam, lewat magrib kalau tidak salah. Deburan ombak langsung menyambut kami jadi meskipun gelap Saya bisa menduga bahwa penginapan ini tepat berada dibibir pantai. Sayangnya ketika sampai kamar hanya tinggal satu sementara kami datang berlima. Saya, suami, dua anak dan satu keponakan. Dan gawatnya lagi kamar penginapan ini kecil jadi tidak bisa ditinggali berlima. Akhirnya ayah ambil keputusan bobok di dalam mobil. Duh, kasihan ayah :)
Rencana menginap dua malam segera Kami pangkas jadi satu malam saja karena besoknya tidak ada tanda-tanda kamar kosong. Bahkan menurut penjaga penginapan para wisatawan asing banyak yang sudah tinggal di penginapan itu selama berbulan-bulan. Ada yang sudah setahun ngga pulang ke negaranya malah. Bingung juga. Ini doyan apa kehabisan uang :D
Meskipun melewati malam yang horor sebab atap penginapan ada yang terbuka satu petak suasana kamar mandir yang banyak pup tikus dan lantai kamar yang berpasir tapi pas dimintai sapu malah ngga ada, kata pegawai penginapan begitu.
Besoknya tidak mengurangi kesenangan kami bermain dipantai. Pagi sekali ketika ombak masih naik sehingga jaraknya dekat sekali dengan pantai kami bermain ditepiannya. Yang paling senang tentu saja Azam. Dan memang harapan kami sih begitu. Perjalanan ini untuknya. Bisa dibilang ini kali pertama ia bermain air yang asli dari alam. Biasa selama ini cuma main ke kolam berenang aja. Jadi rasa air yang asin benar-benar membuatnya kaget.
"Ibu... airnya ada garamnya" Pekiknya heran.
"Iya ini memang air garam" Kata Saya, kemudian menerangkan serba sederhana bahwa air di dunia ini ada dua. Tawar dan asin. Tawar contohnya air sungai, sumur dll. Asin itu asalnya dari laut. Tapi kelihatannya Dia tidak perduli. Azam lebih takjub melihat para kumpulan bule yang siap-siap mau nyebrang ke Pulau Pagang.
Kulit mereka putih, rambut pirang, postur tubuh yang tinggi dan mata yang biru membuat Azam merasa orang-orang ini berbeda dari yang biasa Dia temui. Eh, ndilalah satu dari Mas Bule ini memandang ke arahnya dan melempar senyum. Kontan Azam salting dan ngumpet dibalik tubuh saya. Kami saling senyum.
Kulit mereka putih, rambut pirang, postur tubuh yang tinggi dan mata yang biru membuat Azam merasa orang-orang ini berbeda dari yang biasa Dia temui. Eh, ndilalah satu dari Mas Bule ini memandang ke arahnya dan melempar senyum. Kontan Azam salting dan ngumpet dibalik tubuh saya. Kami saling senyum.
Sebenarnya Saya ingin sekali menyebrang namun kondisi tubuh Saya saat itu tidak memungkinkan. Ya, Saya sedang hamil 7 bulan. Perut endut Saya sudah sangat kelihatan dan tenaga harus dihemat sebab perjalanan liburan ini masih dua hari lagi. Lagipula Suami tidak mengijinkan, alasannya pamali. Pagang jarang didatangi orang. Pulau itu hanya ada penghuninya ketika orang datang kesana. Sementara penghuni tetapnya tidak ada. Jadi otomatis rawan oleh mahluk yang tidak kasat mata.
Walaupun begitu rasanya tidak mengurangi kegembiraan kami berjemur di pantai. Apalagi Azam, Dia benar-benar menikmati quality time bersama ayah. Jarang moment seperti ini datang. Ayah mengajarkan Azam berenang di pantai. Azamnya jejeritan aja, hebohlah pokoknya. Selesai berenang mereka duduk-duduk dan membiarkan setengah tubuh terendam air.
Saya yang malas berbasah-basahan memilih untuk menyusuri pantai tanpa alas kaki. Pasir di Pantai Carlos cukup halus sehingga tidak melukai kaki. Banyak cangkang binatang laut yang berserak di tepian pantai. Iseng Saya memungutinya meskipun tidak ada niat untuk membawanya pulang. Saya seperti memunguti kembali kenangan-kenangan yang pernah terjadi di kehidupan Saya. Bahwa dulu Saya pernah menyusuri pantai seperti ini tapi di negara berbeda dengan orang yang berbeda pula. Saya masih single ketika itu.
Pulang dari Carlos masing-masing kami menyimpan kenangan sendiri-sendiri tapi Alhamdulillah semuanya happy. Terutama Azam. "Bu, kapan kita kesini lagi?"
Post Comment
Posting Komentar